4 Cara Menggambarkan Suasana dalam Novel Agar Terasa Nyata
Novel kini menjadi salah satu jenis buku yang banyak diminati. Bahkan termasuk dalam jenis buku yang mudah sekali ditulis oleh setiap kalangan. Baik yang sudah profesional ataupun pemula semuanya bisa menulis novel. Namun, terkadang ada yang merasa ragu untuk memilih cara menggambarkan suasana dalam novel yang tepat. Karena pada umumnya setiap penulis ingin menghasilkan karya yang benar-benar terasa nyata.
Novel merupakan karya yang berbentuk prosa naratif panjang yang di dalamnya terdapat rangkaian cerita secara runut tentang kehidupan tokoh utama serta orang-orang di sekitarnya. Tentunya saat menulis novel kamu juga harus bisa menonjolkan setiap watak para tokoh di dalamnya, serta menggambarkan dengan baik bagaimana situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya.
Latar Suasana dan Contohnya
Suasana merupakan salah satu jenis setting latar di dalam sebuah cerita. Sedangkan latar cerita adalah waktu dan tempat di mana cerita tersebut sedang terjadi. Latar suasana termasuk salah satu unsur intrinsik pada sebuah karya sastra yang memberikan keterangan tentang kondisi yang tengah dihadapi oleh tokoh utama ketika menghadapi sesuatu.
Latar suasana dapat menunjukkan bagaimana kondisi batin tokoh di dalam cerita, juga memuat bagaimana kondisi dan situasi lingkungan tokoh tersebut berada. Sehingga pembaca akan mengetahui bagaimana perasaan dalam tulisan yang kamu buat.
Akan tetapi latar suasana ini biasanya tidak dituliskan atau dijelaskan secara gamblang dalam sebuah cerita. Karena biasanya penulis lebih sering menyampaikannya secara deskriptif.
Misalnya penulis ingin menggambarkan kesedihan tokoh utama dalam ceritanya, maka dia tidak akan menggambarkan dengan menulis secara langsung (terang-terangan) bahwa tokoh tersebut sedang sedih. Akan tetapi penulis akan mengembangkannya dalam serangkaian kalimat yang rapi. Dan pada intinya susunan kalimat tersebut merujuk pada kesedihan yang dialami tokoh utama.
Contoh: Andin tidak ingin menemui siapa pun, dia memilih duduk termenung sembari menundukkan kepala. Sejak ayahnya dimakamkan lima belas menit yang lalu, dia juga tidak berbicara sama sekali. Tetapi sesekali dia menengadahkan wajah, mengusap pipinya yang dibasahi air mata, lalu kembali menenggelamkan wajah di antara dua lututnya yang tertekuk.
Contoh Latar Suasana Secara Eksplisit :
- Andin sangat senang melihat ayahnya pulang
- Reina cemas karena kekasihnya tidak menghubunginya selama satu minggu
- Arya sedih mendengar cerita sahabatnya
- Ibu merasa marah saat melihatku begadang semalaman
- Aku dan Raya takut pulang larut malam
Contoh Latar Suasana Secara Implisit :
- Di rumahnya terlalu banyak orang (ramai)
- Tidak ada satu pun orang di kamarnya (sepi)
- Pria itu bla la bla kekasihnya (romantis)
Cara Menggambarkan Suasana dalam Novel
Setelah memahami pengertian dan contoh latar suasana dalam cerita, kamu akan lebih mudah untuk menggambarkan suasana dalam karyamu sendiri. Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk menciptakan suasana yang terasa nyata.
1. Menghidupkan Perasaan Tokoh
Setelah membuat kerangka novel atau outline, kamu pasti sudah lebih paham bagaimana suasana dan situasi yang ada di sekitar tokoh dalam novelmu. Karenanya kamu pasti sudah mempunyai bayangan seperti apa orang yang akan kamu gambarkan dalam cerita. Dengan begitu kamu dapat menuangkan apa pun ekspresinya, sehingga tokohmu mempunyai karakter yang kuat.
Misalnya tokoh ceritamu adalah seseorang yang penakut. Kamu dapat menceritakan bagaimana detak jantungnya berdebar-debar ketika berjalan di lorong yang gelap atau perasaannya ketika melintas di jalanan yang sepi saat malam hari. Akan semakin terasa nyata jika kamu juga mendukung sifat karakter tersebut dengan mendeskripsikan lingkungannya.
Misalnya, dia penakut karena mempunyai trauma di masa lalu akibat ditinggalkan oleh kedua orangtuanya di pinggir jalan yang sepi hingga akhirnya dia seperti seorang yatim piatu.
Dengan begitulah pembaca akan memahami dengan sendirinya mengenai sifat dari tokohmu. Mereka juga akan turut merasakan bagaimana suasana yang dirasakan oleh tokoh utamamu saat mengalami kejadian-kejadian tersebut.
2. Tetap Realistis
Sekalipun hanya sekadar cerita fiksi atau tidak nyata, tetapi kamu harus tetap realistis dalam menulisnya. Sebab cerita yang terlalu dibuat-buat biasanya justru menimbulkan ‘jarak’ antara karyamu dengan para pembaca.
Hal semacam ini disebabkan oleh tulisanmu yang bagi mereka tidak masuk akal, aneh, dan berlebihan. Karenanya bagaimana pun alur dan latar belakangnya, kamu harus tetap membuat tulisan yang realistis.
Misalnya, saat kamu menggambarkan tentang tokoh utama yang akhirnya bertemu dengan orangtua kandungnya yang meninggalkan dia ketika masih balita. Tiba-tiba dia justru langsung memeluk kedua orangtuanya itu tanpa bertanya apa pun. Ini pasti akan membuat pembaca merasa ‘aneh’ karena ceritamu tidak realistis.
Logikanya, anak yang terpisah dengan orangtuanya sejak balita pasti menyebabkan anak tersebut tidak mengetahui wajah orangtuanya. Sehingga sangat sulit dipahami suasananya bila dia bisa langsung mengenali mereka tanpa perantara apa pun.
Seperti bertanya untuk meyakinkan, menangis saat mendengar pengakuan orang tuanya, menanyakan pada orang terdekatnya terlebih dahulu, atau justru diam untuk memikirkan pengakuan tersebut karena merasa terkejut.
3. Ingat Ada Sebab, Ada Akibat
Menggambarkan suasana dalam novel juga selalu melibatkan “sebab – akibat” di mana keduanya tidak dapat terpisah. Karenanya kamu harus bisa menggabungkan setiap adegan secara runut hingga membentuk alur yang baik dan utuh.
Cerita yang kamu buat semestinya mempunyai dampak untuk adegan selanjutnya, dengan begitu cerita yang kamu tulis tidak bertele-tele dan menjadi lebih jelas.
Misalnya, kamu menceritakan bagaimana tokoh utamamu sangat membenci perselingkuhan. Kamu juga menceritakan apa yang menyebabkannya membenci perilaku tersebut, bagaimana perjuangannya dalam menjalin hubungan, serta cara tokoh utama agar kekasihnya menjadi orang yang setia.
Selanjutnya, kamu dapat menciptakan alur penghubung di mana kekasih dari tokoh utamamu sedang berselingkuh dan dia mengetahuinya secara langsung.
Dari kejadian tersebut kamu bisa menggambarkan bagaimana perasaan tokoh utamamu dan sikap seperti apa yang dia putuskan, apakah menemui kekasihnya atau justru menghindar — yaitu ketika kekasihnya sedang berselingkuh.
4. Membangun Mood
Kamu akan lebih mudah menggambarkan suasana dalam novel jika bisa memposisikan diri sebagai pembaca. Pikirkan apa yang mereka inginkan dan bagaimana perasaannya saat membaca ceritamu. Kemudian kamu dapat memulai dengan menceritakan keadaan, suasana di sekitar, dan latar belakangnya.
Misalnya ketika kamu ingin membuat adegan tokoh utamamu bertemu makhluk tak kasat mata. Alih-alih langsung menuliskan bertemu hantu dan berteriak, kamu bisa mencoba menjelaskan terlebih dahulu di mana posisi tokoh utamamu saat itu, apa yang dia lakukan, kapan dia berada di sana, bagaimana lingkungan sekitarnya, apa yang dia rasakan sebelumnya, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, walaupun kamu ingin menyeret pembaca agar terbawa suasana, tetap saja kamu juga harus membuat tulisan dengan bahasa yang efisien dan simpel. Sehingga ceritamu tidak bertele-tele dan membosankan.
Penutup
Itulah beberapa cara menggambarkan suasana dalam novel yang paling sederhana. Buatlah pembaca karyamu merasa bahwa ceritamu benar-benar nyata. Ini akan menjadi nilai plus untuk kamu dan karya tulismu.
Artikel ini ditulis oleh Keza Felice penulis novel Asrama Hagers, Milna And Me dan Ada Hati yang Terluka.
Artikel terkait : 4 Cara Menjadi Penulis Novel