Contoh Cerita Fantasi tentang Pendidikan
Halo sobat, kali ini saya akan berbagi contoh cerita fantasi tentang pendidikan yang mengandung nilai-nilai budi pekerti. Sudah dikemas dengan gaya bahasa yang simple dan menarik agar Anda lebih mudah memahaminya.
Diharapkan ketika membaca cerita fantasi tentang pendidikan ini, pembaca akan mendapatkan atmosfer berbeda. Karena kisah ini mengandung nasihat mengejar cita-cita setinggi langit, sangat cocok untuk yang sedang mencari inspirasi dan motivasi.
Atau buat teman-teman yang sedang mencari hiburan melalui bacaan namun tetap ingin mendapatkan semangat mengejar cita-cita, tentu kisah berikut ini jangan sampai terlewatkan.
Contoh Cerita Fantasi tentang Pendidikan
Anya adalah siswi yang tak menonjol di bidang akademik yang sudah memasuki semester akhir sekolah SMK. Tandanya dia akan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Meskipun Anya siswi rangking ketiga dari belakang di kelas nya, dia adalah siswi yang rajin, jujur dan bermimpi besar.
Sejak usia 7 tahun Anya bercita-cita ingin menjadi pembawa acara program travelling Islami yang bisa mendatangi negara-negara Islam di penjuru dunia.
Di tahun akhir sekolahnya, Anya sudah mulai berfikir jurusan apa yang perlu diambil untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menurutnya, universitas negeri atau swasta tak penting. Semuanya memerlukan biaya yang besar.
Karena Anya anak terakhir, hal terpenting adalah kuliah di kota kelahirannya, yaitu Jakarta. Jadi, pemikiran untuk kuliah di kota lain sangat jauh sekali dari benak Anya.
Dalam perjalanan pulang sekolah menggunakan KRL rute Duri- Tangerang dengan kondisi penuh sesak bersamaan jam pulang kerja. Anya bertubuh mungil berdiri bersandar di pojokan gerbong kereta yang ditumpanginya, sambil berfikir apa yang perlu dibicarakan oleh orang tuanya tentang kuliah.
Setelah mandi dari pulang sekolah dan waktunya makan malam. Anya mencoba membuka obrolan tentang kelanjutan dirinya setelah lulus sekolah.
Tanpa berpanjang lebar, ibu Anya langsung memotong pembicaraan malam itu. Tiba-tiba kalimat yang dilontarkan ibu membuat keheningan di meja makan.
‘’ Anya, sepertinya kamu tidak kuliah… jangan berkecil hati yah, setiap anak ada rezekinya, nak. Ibu dan ayah sedang kesulitan dan merasa tak mampu menguliahkan kamu.’’
‘’ Mulai sekarang kamu belajar yang rajin yah, supaya setelah ini kamu bisa mendapatkan pekerjaan, jangan berkecil hati ya sayang.’’ sambung Ibu dengan raut bersalah.
Anya yang sedang makan soto lamongan tiba-tiba kerongkongan terasa berat sekali untuk menelan nasi berkuah kuning. Ia tak berkutik seolah menyetujui perkataan ibunya.
Kondisi ekonomi keluarga Anya saat itu memang sedang di bawah. Ayah Anya sedang tidak bekerja. Toko kelontong Ibu nya juga sedang sepi pembeli. Anya tidak heran.
Anya menangis sesegukan. ia merasa orang tuanya tidak adil. Kedua kakaknya mengenyam bangku kuliah dengan universitas swasta cukup mahal di Tangerang.
Sedangkan dirinya hanya sampai bangku SMK saja. Anya tidak putus asa. Ia mencoba berbicara kembali kepada orang tuanya dan meminta pertolongan pada kakak pertamanya.
‘’ Ibu, kalau aku mendapatkan universitas negeri bagaimana? Ibu dan ayah menyanggupi tidak?’’ tanya Anya kepada Ayah dan Ibu nya dengan hati-hati.
‘’ Nak, negeri atau swasta. Kuliah tetap perlu dana besar. Kemarin kakak kamu uang muka masuk kuliah 20 juta. Ayah dan Ibu sedang tidak ada uang sebanyak itu’’ jawab ayah.
‘’ Iya Anya, sudah tidak ada lagi aset ibu dan ayah yang bisa dijual untuk kuliah kamu. Ibu minta tolong ya Anya, berhati besar.’’ Jawab Ibu dengan lembut.
‘’ Iyah…..’’ Jawab Anya sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat di kamar, Anya mengambil gadget nya untuk menelpon kakak pertama meminta pertolongan.
Anya anak ketiga dari tiga bersaudari. Kedua kakaknya kini sudah hidup mandiri. Anya cenderung lebih dekat dengan kakak pertamanya, yaitu kak Rahma.
‘’ Assalamualaikum, Kak. sibuk gak? adek mau bicara sebentar” Tanya Anya pada kak Rahma.
‘’ Waalaikumsalam, iya adek mau ngomong apa? Kakak baru selesai makan malam’’ Jawab Kak Rahma menyambut baik.
‘’ Begini kak, aku kan sudah tahun akhir sekolah. Aku berminat melanjutkan studiku di jenjang lebih tinggi.’’ Anya berbicara layaknya anak kecil.
‘’ WAAHHH… bagus dong, iyah sekarang kamu minat nya dimana? lanjutin jurusan SMK kamu atau tidak, terus mau masuk kampus mana ?’’ Jawab kak Rahma semangat.
‘’ Itu permasalahannya, aku sebenernya kampus mana aja oke kok. aku udah ngobrol sama ayah dan ibu, tapi hasilnya nihil.’’ Jawab Anya dengan notasi menaik.
‘’ Nihil bagaimana maksudnya?’’ Kak Rahma menjawab bingung. ‘’ Iyah.. Nihil.. ibu dan ayah gak sanggup menguliahkan aku, kak.’’ Jawab Anya tegas dan lugas.
‘’ Hmmmmmm… begini saja, kakak tidak bisa bantu banya adek, tapi kakak nantang kamu search kampus negeri dan cari beasiswa. itu juga kalo kamu mau.’’ Jawab Kak Rahma.
‘’Aku sudah bilang ke ibu tentang univ negeri, jawabannya sama. Kalau beasiswa aku minder, aku kan bodoh berbeda dengan kak Rahma.’’ Jawab Anya memelas.
‘’ makanya aku kasih tantangan. Bisa kok yang penting kamu ada kemauan. Kalo perlu kamu ikut ujian buat kuliah negeri. banyak pintu, adek.’’ Kak Rahma menyemangati.
Karena dirasa kak Rahma tidak memberi bantuan pada dirinya. Anya memutuskan untuk mengakhiri telpon. ‘’ Yasudah, terima kasih ya, aku tutup ka Rahma.’’ ucap Anya.
Hari demi hari Anya lewati dengan ujian praktik kejuruan di sekolahnya. Anya sangat menyukai jurusan sekolahnya saat ini, tetapi bukan ini yang ia mau.
Terlebih ada rasa bosan yaitu perlu duduk 10 jam melihat layar dan fokus merancang arsitektur rumah sesuai imajinasi.
Anya juga terlalu bodoh untuk berhitung. Ia memiliki ketakutan akan masuk penjara apabila membangun rumah dengan perhitungan yang salah.
Rasa galau Anya sudah tak terbendung. Ia menelpon sahabat SMP nya yang bernama Awa. Ia menceritakan segala nya yang ia alami.
Menghubungi Awa seperti mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Awa memberikan saran serta memberi energi positif membakar semangat Anya.
Anya dan Awa memutuskan untuk bersama-sama mencari bimbel SBMPTN untuk bisa masuk universitas negeri Jakarta.
Singkatnya, ketika hari Sabtu mereka berdua mengunjungi tempat bimbel yang bernama Tentor untuk konsultasi harga terlebih dahulu.
‘’ Hmmm… Awa mahal ternyata. Uang mukanya saja 1,5 juta. Total semuanya 6 juta. Gue mana punya uang segitu cuy.’’ Anya pasrah.
‘’ Bisa jelek.. harus yakin kita berdua bisa. Lagian 6 juta bisa dicicil 8 kali. Sekarang harus mikir buat bayar uang muka nya saja dulu.’’ Jawab Awa.
‘’Gue kan belum bilang nih ke bonyok. Perasaan gue ga enak nih, pasti ga di kasih restu sama ibu dan ayah gue.’’ ucap Anya pasrah.
Tanpa berbasa-basi Anya dan Awa langsung bergegas balik kerumah masing-masing untuk berbicara dengan orang tua mereka.
Karena ayah melihat kesungguhan Anya untuk melanjutkan sekolah dengan mengikuti bimbel. Ayah memberikan uang 1,5 untuk uang muka daftar bimbel.
Meskipun begitu drama perkuliahan tetap terus berjalan. Ibu dan ayah memberi restu Anya, tetapi ibu dan ayah tidak ingin membiayai uang bimbel Anya yang mahal itu.
Anya terbakar semangatnya, ia tetap lanjut terus melangkah untuk tetap bisa kuliah di universitas negeri dan mendapatkan beasiswa.
Demi memenuhi cicilan bimbel dengan 8x pembayaran. Anya berjuang dengan tidak menggunakan uang jajan nya dan berjualan risol mayo di kantin sekolah.
Bukan hanya mengorbankan uang jajan sekolah, Anya juga mengorbankan waktunya untuk tidak bolos bimbel setelah pulang sekolah.
Anya dan Awa mengikuti bimbel setiap hari Senin, Selasa, Rabu dan Sabtu dari pukul 19.00 hingga pukul 22.20 WIB. Perjuangan itu dilakukan untuk bisa kuliah.
Selain berharap pada kertas ujian SBMPTN. Anya juga aktif mengikuti seleksi rapor untuk bisa kuliah di Universitas negeri.
Pada saat itu tekad seorang Anya adalah yang penting bisa kuliah. Jurusan apapun bisa dijalani. Tekadnya sangat bulat.
Anya tetap tidak lupa, setiap mengisi lembaran kosong pemilihan universitas. Ia selalu bertanya pada ibunya karena meyakini restu orang tua adalah berkah baginya.
Drama tidak berhenti. Orang tua Anya tidak memberi izin Anya untuk kuliah di luar kota. Mereka beranggapan Anya masih terlalu kecil untuk bisa hidup mandiri.
Anya mengikuti segala kemauan orang tuanya, namun dari hati terdalam, Anya merasa nilai raportnya tidak sebanding siswa lain untuk mencalonkan ke univ di Jakarta.
Di hadapan kertas yang kosong, setelah menghubungi ibu untuk mengisi jurusan dan kampus mana yang harus diisi. Dengan kebingungan dan mulai pasrah.
Tiba-tiba gadget yang dipenuhi hiasan pokemon berbunyi tanda pesan Whatsapp masuk. Siapa sangka pesan yang masuk adalah pesan dari ibu.
‘’ Anya, kalau ingin tetap lanjut. Pilih kota Solo dengan jurusan sejarah Islam, semoga Anya sukses dunia dan akhirat ya….’’ pesan ibu yang membuat Anya merinding.
Tanpa berlama-lama Anya meminjam pulpen rekan sebangkunya dan fokus serius mengisi kertas lembaran dan memilih salah satu kampus di daerah kota budaya tersebut.
Singkat cerita, Anya dan Awa mulai mengikuti ujian SBMPTN. Kebetulan mereka berbeda lokasi tempat ujian. Anya di lokasikan di kampus UPN Jakarta.
Anya berangkat dari rumahnya menuju stasiun terdekat pukul 04.20 pagi. Ia berangkat menggunakan kereta bersama pejuang SBMPTN lainnya.
Sebelum hasil SBMPTN keluar, hasil jalur raport untuk universitas negeri telah keluar. Anya tidak berharap banyak, lagi pun Solo terlalu jauh buat Anya.
Di tengah praktik kejuruan, Anya meminta tolong kepada rekan sebangkunya yang bernama Justine untuk membuka link pengumuman saat itu.
‘’ Justin, tolongin lihat hasil pengumuman gue dong, ini gadget gue… tolongin yah cantik. thanks ya.’’ Ucap meminta tolong Anya pada Justin.
Anya yang tidak terlalu memperdulikan hasil pengumumannya tetap fokus mendesain rumah minimalis miliknya. Tiba-tiba Justin dan rekan lainnya teriak membuat Anya tekejut.
‘’ ANYAAAAAAAAA… Lo lulus masuk universitas negeri… Wahhhhh gue merinding. Selamat Anyaa….’’ Ucap Justin kegirangan menyelamati Anya yang lolos.
‘’ CIEEEEEEE MABA NIH CIEEEEEE….CONGRESS ANAK KECIL.” Ucap ucup bergantian memeluk dan memberi selamat.
Anya yang terkejut terdiam sejenak, sambil seraya melontarkan senyum kepada teman-teman dan guru nya yang memberi selamat. Anya masih terdiam.
Setelah mengetahui hasil pengumumannya. Anya langsung bergegas keluar dari ruangan komputer. Anya pergi agak jauh dari kerumunan untuk menelpon ibu dirumah.
‘’ Assalamualaikum, ibu. Ibu aku lulus pengumuman jalur raport buk.’’ Ucap Anya dengan suara lembut.
‘’ Waalaikumsalam…. terus bagaimana nak?.’’ Tanya ibu pada Anya dengan suara yang datar.
‘’ Iya mau gimana? kemarin ibuk yang suruh Anya. Ini SNMPTN, buk. Harus diambil.’’ Jawab Anya dengan sabar.
‘’ Masa iya harus diambil. Solo itu jauh Anya. Perlu biaya besar juga buat kesana. Anya kenapa ga bilang dari awal.’’ Jawab ibu kesal.
Hasil yang seharusnya membuat Anya senang malah sebaliknya. Dengan hasil warna hijau membuat Anya bingung dan kesal.
Benar saja setiba di rumah. Ayah dan ibu tidak terlalu menyambut baik kedatangan Anya. Mereka dingin seakan menjauhi topik tersebut.
‘’ Ibu sama ayah tidak senang yah, Anya lolos masuk universitas negeri. Orang tua lain pasti bahagia. Guru Anya mengucapkan selamat, buk, yah.’’
Anya kesal. Ayah dan ibu tetap terdiam seolah tidak mendengar anak bungsunya itu. Anya setelah mandi dengan kondisi belum makan malam langsung pergi ke kamarnya.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh pejuang SBMPTN tiba termasuk dengan Anya. Pengumuman ini Anya tunggu-tunggu. Ia merasa seperti sedang menaiki wahana dufan.
Jantungnya berdebar sangat kencang. Wajah dan tangannya keringat dingin. Padahal kamar Anya difasilitasi AC yang berfungsi.
Dengan gugup nya, Anya membuka link pengumuman dan hasilnya membuat Anya hancur seperti tidak punya pilihan. Anya tidak lolos universitas yang ia pilih.
Anya hanya bisa menangis di pojokan kamarnya. Ia sudah mulai pasrah dan ikhlas untuk tidak melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan siap dimarahi guru BK sekolah.
Seminggu setelah itu, Ibu dan ayah datang ke kamar Anya dan memberi restu untuk Anya bisa melanjutkan kuliah di Solo dengan berbagai catatan dan pertimbangan.
Restu ibu dan ayah membuat Anya terbangun dan menangis. Keluar yang terucap hanya kata terima kasih.
Akhirnya Anya menjadi mahasiswa salah satu univ negeri di Solo dengan UKT sangat murah.
Memilih kota Solo menjadi berkah dan anugrah buat Anya. Lingkungan yang damai, biaya hidup yang murah, sangat terasa pas bagi Anya.
Bukan hanya itu, Solo menjadi tempat ter-indah bagi Anya. Karena di kota damai ini mempertemukan Anya dengan pujaan hatinya, yang sekarang adalah suami Anya.
Sekarang Anya berhasil menggapai mimpinya. Meskipun bukan menjadi pembawa acara, Anya bergerak di balik layar program acara hijab Traveling sebagai sutradara.
Anya berbadan mungil memang kurang cerdik dalam akademiknya, namun keinginannya untuk menggapai cita-citanya dan rasa patuh pada orang tuanya menjadi contoh.
Dengan kegigihan dan doa-doa serta restu dari ibu dan ayah Anya, berhasil membawa Anya pergi ke negeri Islam di berbagai penjuru dunia. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.
Baca juga : Cerpen inspirasi tentang Percaya Diri
Demikianlah contoh cerita fantasi tentang pendidikan yang dapat saya bagikan pada kesempatan kali ini. Semoga dari kisah diatas ada pelajaran yang dapat dipetik khususnya tentang semangat menggapai impian dan cita-cita yang harus diperjuangkan.
Artikel terkait :