Contoh Cerita yang Mengandung Nilai Sosial
Contoh cerita yang mengandung nilai sosial dapat menjadi sarana belajar untuk memahami mengapa suatu nilai sosial diberlakukan.
Nilai sosial adalah penilaian atau keyakinan yang berlaku di masyarakat tentang baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tidak pantas, yang dijadikan pedoman berperilaku.
Orang-orang yang menyimpang dari nilai sosial di suatu masyarakat bisa diasingkan, tidak disukai, dan dianggap telah mengganggu keteraturan sosial.
Nilai sosial biasanya tercipta berdasarkan berbagai faktor, di antaranya: agama yang dianut mayoritas masyarakat, lokasi dan kondisi lingkungan, corak budaya, pendidikan, kemajuan pola pikir, keterbukaan terhadap perkembangan teknologi dan globalisasi.
Contoh Cerita yang Mengandung Nilai Sosial
1. Novel remaja Kita Terlalu Muda untuk Jatuh Cinta karya Aiu Ahra tentang dampak pacaran bagi remaja
Ketika SMP, Azna melihat temannya melahirkan di dalam kelas. Kejadian tersebut menimbulkan trauma pada dirinya sehingga dia memutuskan tidak ingin berpacaran, bahkan menjauhkan diri dari makhluk bernama laki-laki.
Ketika duduk di bangku SMA, demi berusaha menyebarkan semangatnya untuk tidak berpacaran secara lebih luas, Azna mengajukan proposal ekskul Anti Pacaran.
Di tengah perjuangannya mendapat persetujuan dan dukungan berbagai pihak, dia bertemu seorang lelaki dari ekskul Panahan yang membuatnya merasakan debar aneh.
Azna juga berjuang menjaga sahabatnya yang perlahan menjauh karena pacaran dengan kakak kelas. Kekhawatiran Azna terjadi. Sahabatnya berakhir hamil lalu ditinggalkan.
Novel remaja Islam lini Laiqa terbitan Elex Media Komputindo ini menyorot isu sosial tentang pacaran pada remaja yang di zaman sekarang sering kelewat batas dan justru menjadi hubungan tidak sehat yang merugikan.
Pembaca diajak untuk mempertimbangkan baik buruknya pacaran agar lebih bijaksana dalam mengambil langkah untuk memulai suatu hubungan, terlebih di usia muda.
2. Novel Gadis Minimarket karya penulis Jepang Murata Sayaka tentang Seorang Perempuan yang bekerja sebagai pegawai minimarket seumur hidup tapi dituntut untuk jadi normal oleh masyarakat sekitarnya
Novel ini diterjemahkan dari bahasa Jepang oleh Ninuk Sulistyawati dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Bercerita tentang seorang perempuan bernama Keiko yang terus bekerja paruh waktu di minimarket sepanjang hidupnya.
Sejak kecil dia di anggap anak yang agak aneh karena tak bisa memahami aturan-aturan sosial yang berlaku di masyarakat tentang baik dan buruk.
Contohnya, saat ada guru perempuan muda yang marah-marah di kelas dan tidak mau berhenti marah padahal anak-anak muridnya sudah berulang kali meminta maaf, tiba-tiba Keiko mendekati guru itu dan memlorotkan celananya.
Si guru kaget, menangis, dan akhirnya diam. Keiko beralasan, dia pernah melihat di TV tentang kejadian tersebut. Jadi dia mengikuti itu agar gurunya diam.
Karena sering dimarahi orang tuanya, meski tak paham yang dilakukannya salah, Keiko berhenti mengambil tindakan sendiri dan hanya meniru yang dilakukan orang lain.
Dia hanya bicara kalau perlu, beranggapan kalau dirinya sakit dan perlu disembuhkan. Begitulah dia hingga dewasa: merasa aneh dan berbeda, amat pendiam dan tak punya teman.
Kisah Keiko mengajarkan nilai-nilai tentang pemahaman dan cinta diri di samping kebutuhan memenuhi standar masyarakat, juga tentang kesetaraan gender dan kesehatan mental.
Baca juga: Artikel Materi Pidato Masalah Kesehatan Mental Remaja.
Kesimpulan
Seiring berkembangnya zaman, banyak nilai sosial yang mengalami pergeseran. Hal-hal yang pada zaman dahulu dianggap tidak patut kini sudah banyak dilakukan. Hal seperti ini tak selalu berarti buruk jika kita mampu memfilternya dengan baik.
Dari contoh cerita yang mengandung nilai sosial di atas, semoga kita selalu memiliki filter dan landasan berpikir yang benar. Agar dapat menyerap budaya negara lain dengan lebih bijak.
Baca Juga: