Contoh Studi Kasus PPG Guru Tertentu
Contoh studi kasus PPG guru piloting ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengisi studi kasus khususnya bagi guru yang sedang mempersiapkan diri menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Piloting Guru Tertentu.
Dengan berfokus pada permasalahan nyata yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, artikel ini memberikan panduan praktis dalam menganalisis masalah, menemukan solusi, serta mengambil pelajaran berharga.
Studi kasus tentang kedisiplinan siswa yang disajikan di sini relevan untuk guru SD, SMP, maupun SMA, dan dapat diadaptasi sesuai konteks masing-masing jenjang pendidikan. Hal ini diharapkan dapat membantu guru mempersiapkan jawaban yang terstruktur dan berbobot saat menghadapi soal studi kasus dalam ujian.
Pengalaman Riil dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan di Kelas
Sebagai Guru kelas/ Guru mapel, saya pernah menghadapi tantangan dalam menjaga kedisiplinan siswa. Masalah ini muncul ketika beberapa siswa sering terlambat masuk kelas setelah waktu istirahat. Mereka lebih suka bermain di luar, bahkan setelah bel masuk berbunyi. Akibatnya, waktu pembelajaran terganggu, dan siswa lain yang sudah siap belajar menjadi tidak fokus karena suasana kelas belum kondusif.
1. Permasalahan yang Saya Hadapi
Masalah utama adalah rendahnya kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu belajar. Hal ini terlihat dari:
- Banyak siswa yang terlambat masuk kelas setelah istirahat.
- Tidak adanya rasa tanggung jawab untuk segera kembali ke kelas ketika bel berbunyi.
- Kurangnya pemahaman siswa tentang pentingnya menghargai waktu.
Permasalahan ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan siswa yang lebih mengutamakan bermain, serta kurangnya pengawasan dari pihak guru pada saat istirahat.
2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah
Untuk mengatasi masalah ini, saya mengambil beberapa langkah berikut:
- Meningkatkan Kesadaran Siswa tentang Pentingnya Waktu: Saya memberikan pemahaman kepada siswa melalui cerita inspiratif tentang tokoh-tokoh sukses yang menghargai waktu. Cerita tersebut disampaikan dengan cara menarik dan diselingi dengan tanya jawab.
- Penerapan Sistem Reward dan Consequences: Saya membuat kesepakatan bersama siswa, di mana mereka yang disiplin akan mendapatkan penghargaan berupa stiker bintang yang bisa ditukar dengan hadiah kecil, seperti alat tulis. Sebaliknya, mereka yang terlambat akan kehilangan poin tertentu yang berdampak pada penilaian sikap.
- Melibatkan Peran Siswa sebagai Tim Pengingat: Saya menunjuk beberapa siswa yang bertugas mengingatkan teman-temannya untuk segera masuk kelas ketika bel berbunyi. Hal ini menciptakan rasa tanggung jawab di antara mereka.
- Mengawasi Saat Istirahat: Saya menyempatkan diri untuk memantau siswa selama istirahat, terutama saat mendekati akhir waktu istirahat, untuk memastikan mereka bersiap kembali ke kelas.
3. Hasil dari Upaya Tersebut
Setelah beberapa minggu, kedisiplinan siswa mulai meningkat:
- Siswa menjadi lebih cepat kembali ke kelas setelah bel berbunyi.
- Ada peningkatan tanggung jawab, terutama dari siswa yang menjadi tim pengingat. Mereka bangga dengan peran mereka dan memotivasi teman-temannya untuk lebih disiplin.
- Suasana kelas menjadi lebih kondusif karena pembelajaran dimulai tepat waktu.
Selain itu, sistem reward juga memotivasi siswa untuk lebih menghargai waktu, sehingga masalah keterlambatan secara bertahap berkurang.
4. Pengalaman Berharga yang Bisa Dipetik
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa pendekatan yang melibatkan siswa secara aktif dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi masalah kedisiplinan. Melibatkan siswa sebagai bagian dari solusi tidak hanya membantu menyelesaikan masalah tetapi juga menanamkan nilai tanggung jawab dalam diri mereka.
Saya juga menyadari bahwa konsistensi dalam menerapkan aturan dan memberikan teladan kepada siswa sangat penting. Sebagai guru, saya harus menunjukkan sikap disiplin yang sama untuk menginspirasi siswa agar mengikuti perilaku tersebut. Pengalaman ini menjadi pengingat bahwa kedisiplinan tidak hanya tentang aturan, tetapi juga tentang membangun karakter siswa secara menyeluruh.
Baca Juga : manfaat literasi digital.